Suasana Hatiku
Ku ceritakan sedikit tentang suasana hatiku saat ini, saat sang waktu mengajarkanku untuk sabar namun dendam ini tetap membara dalam hatiku. Saat ini ku merasa di duniaku hanya ada hidupku hanya ada jiwaku, 16 tahun ku rasa hidup dengan kekosongan namun semuanya berubah saat usiaku benar – benar menginjak dewasa saat aku memberanikan diri mencintai seorang lelaki. Hidupku terasa lengkap saat dia menatap tajam mataku, saat dia memelukku dengan penuh cinta dan kasih sayang.Aku rindu saat itu saat tatapan matanya menusuk masuk ke dalam hatiku. Saat kecupan manisnya mendarat tepat di keningku. Aku rindu saat itu saat dia mengatakan “Aku masih disini untukmu, untuk menjagamu, untuk memperhatikanmu”. Namun kini semuanya berbeda saat dia dengan mudahnya meninggalkanku, menekankan sebuah lubang yang mendalam dihatiku. Lubang yang membekas hingga kini dan ku rasa tak akan menutup seiring dengan waktu. Semuanya menjadi suram setelah dia menghilang dari hidupku, menggelapkan hati yang telah cerah karena kedatangannya, awan mendung kembali menyelimuti hatiku. Namun aku bahagia telah merasakan indahnya hidupku walau hanya sebentar saja.
Semua tentangnya masih jelas dibenakku hingga kini, hingga saat dia telah pergi dan tak mungkin kembali lagi. Kini yang tersisa hanya sepi dan suram di hidupku. Yang lain hanyalah lampu dihidupku bukan matahari yang dapat menerangi hidupku. Aku menginginkan matahariku kembali bukan lampu yang hanya sesaat menerangiku. Lampu tak pernah memberikan semangat hidupku aku perlu matahari yang mampu menerangi sisa hidupku.
Hatiku saat ini, aku merasa sangat kecewa kepada orang tuaku yang hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa pernah mengajarkanku apa arti hidup sebenarnya. Indahnya saat bersama – sama ayah dan ibu, tak pernah aku merasakannya. Di usia 16 tahunku saat ini Ibu melupakan ulang tahunku hanya tahun ini dia melakukannya. Bagiku itu cukup membuktikan cintanya telah hilang dari hatinya untukku.
0 komentar:
Posting Komentar