- Ibu
Ibu bekerja dari pagi sampai sore hanya agar aku bisa seperti anak – anak lain, aku ingat saat itu saat usiaku 6 tahun aku menangis minta dibelikan sepeda dan Ibu dengan kerja kerasnya berusaha membelikannya, Dia bekerja mati – matian hanya untuk membelikanku sepeda padahal saat itu harga sepeda lumayan mahal , betapa besar kasih sayang Ibu saat itu padaku, saat nilaiku bagus Ibu selalu membelikanku mainan, walaupun tak seberapa namun aku senang.
Ibu tahu aku hobi membaca dan apabila TK akhir tahun banyak buku yang akan dibuang Ibu selalu mengambilkannya untukku. Aku kangen saat-saat itu. Aku rindu saat Ibu memelukku ketika aku tidur dan aku lepas pelukan itu karena aku merasa risih dengan pelukannya, saat aku ketakutan dan dia ada untuk menenangkanku, saat dia mengajariku membaca dan menghapal ayat – ayat pendek, aku rindu masa – masa itu. Seandainya aku sadar dulu betapa berharganya pelukan itu aku takkan pernah melepaskannya, aku ingin dipeluk Ibu selamanya.
Saat teman – temanku menjauhiku Ibu ada untuk menghiburku, Ibu andai saja kau tahu betapa aku merindukan saat itu, saat hangatnya dekapanmu dipagi yang dingin, saat engkau tanpa memperdulikan rasa malumu bekerja sebagai apapun hanya demi aku, hanya untuk melihat aku besar dan menjadi anak yang sukses. Hanya untuk membelikanku susu agar aku tidak kurang gizi. Namun semuanya berakhir saat usiaku menginjak usia 15 tahun, saat seorang lelaki tak punya hati memasuki hidup Ibuku dan membuat Ibu melupakan kasih sayangnya padaku.
- Lelaki tak punya hati.
ibuku hanyalah seperti budak dibuatnya , setiap harinya ibuku harus mendengar caci maki darinya ,
perhatian yang kau berikan padaku dan ibuku dahulu ternyata hanyalah TOPENG KEPALSUANMU :)
- Ayah
Tanpa memberiku pelukan ayah pergi dan tak pernah kembali lagi. Aku tak pernah mengerti kenapa ayah menikah lagi, apa dia tak pernah menyayangiku sehingga dengan mudahnya dia meninggalkanku dan Ibu.
Ayah, apa salahku padamu mengapa kau tega meninggalkanku, tak pernahkah kau berpikir betapa sakitnya perasaanku ketika ku mulai mengerti arti dicintainya. Tak pernahkan kau mengerti berapa banyak air mata yang ku jatuhkan hanya untuk menangisimu. Tak pernahkah kamu tahu saat teman – temanku mengejekku dengan mengatakan aku tak punya Ayah. Dimana kamu saat aku terjatuh dan berharap seseorang yang mengangkatku. Dimana kamu saat pulang sekolah teman – temanku dijemput oleh ayah mereka, sedangkan aku, aku berjalan kaki menuju ke rumah. Kenapa kamu membiarkanku berdiri sendiri saat aku jatuh ???. Dimana kamu saat aku menangis dan menginginkan pelukan seorang ayah.
Ayah, kuharap nanti kamu mengerti betapa sakitnya aku terlahir sebagai anakmu. Sebagai anak yang mungkin tak pernah kamu inginkan hingga kamu dengan teganya meninggalkanku.
.
Ayah, dimana kamu saat aku mendapat peringkat terbaik dan berharap kamu dtang untuk mengucapkan selamat dan memberiku hadiah. Aku ingin saat aku dimarahi Ibu aku bisa lari dan meminta perlindunganmu.. Namun dimana kamu saat itu ????????????? Saat semua teman – temanku dengan bangganya menceritakan tentang hebatnya Ayah mereka, aku bingung ayah hal apa yang harus aku ceritakan pada mereka karena aku tak pernah mengenal sosokmu secara sempurna. Dimataku kamu bukan seorang lelaki hebat , kamu penuh kegagalan namun kamu berhasil menghancurkan anakmu sendiri.
- Ayah dan Ibu
Aku mengerti Ayah, Ibu aku memang pantas disalahkan bahkan oleh kesalahan yang akupun tak tahu salahku apa dalam kejadian ini. Aku mengerti aku memang tak pernah diinginkan. Ayah, Ibu aku memang terbiasa berdiri sendiri.Aku terbiasa hanya menyimpan apa yang aku rasakan untuk diriku sendiri bukan untuk ku bagi kepada orang lain. Ayah Ibu kalian tahu saat aku pertama merasakan jatuh cinta, rasanya bahagia yaa Bu, Yah namun aku tak pernah bisa membagi ceritaku dengan kalian. Owh, iyaa aku juga pernah melihat temanku jalan – jalan dengan kedua orang tuanya. Aku ingin kita seperti itu Bu, Yah.
Tapi aku sadar bahkan semua itu tak akan pernah terjad, aku pun tak ingin menghancurkan keluarga kalian masing2. Kadang aku iri saat teman – temanku bercerita tentang keakrabannya dengan salah satu dari orang tuanya, saat mereka berbagi cerita dengan kedua orang tuanya. Sedangkan aku, aku tak pernah berbagi cerita dengan Ibu apalagi Ayahku.
- Dia
Yaa, diapun kini tlah pergi, memecahkan kepingan kaca yang sudah hancur. Dia pergi membawa sejuta senyumku. Lebih sakit kurasakan ketika kepergiannya, lukanyapun belum sembuh sepenuhnya namun cinta yang begitu besar telah hilang dari hatiku untuknya. Kenapa kamu tega meninggalkanku sedangkan kamu tahu luka hatiku yang dahulu ? Mengapa tak mencoba bertahan untukku ? Tak tahukan kamu hujan turun disetiap pagi dan sore hariku sejak kepergianmu ? awan mendung datang disetiap cerahku ? Ku kira kamu akan bertahan selamanya untukku, namun kamu pun tak kuat menahannya dan memecahkan kaca itu ? Aku percaya sama kamu sehingga kuberikan kepingan kaca itu kepadamu, tapi kamu tega mengembalikannya pecahannya kepadaku dan membuatku tertusuk sangat dalam.
Tega kamu membiarkanku memohon untuk cinta yang tak pernah kamu balas. Membiarkanku berharap untuk kembalinya kamu kekehidupanku. Namun kini semuanya usai, kamu bagaikan layang – layang putus yang tak mungkin ku raih dan takkan ku berusaha meraihnya.:-)
0 komentar:
Posting Komentar